Sabtu, 20 Januari 2024

Semester Pertama di UI, Depok

Halo!

Kalau disebut pos tahun baru, ini sudah terlambat 19 hari. Hanya saja, aku ingin menulis sesuatu bulan ini. Sepertinya, cerita tentang diri sendiri juga baik. Aku juga masih buntu dalam memikirkan topik tulisan tentang kode atau pemrograman.

Sudah satu semester berlalu dalam perjalanan studi magisterku di UI, Depok. Saat ini masih dalam masa liburan semester. Semester dua sebentar lagi akan dimulai. Banyak hal baru yang kualami selama berada di perantauan (kesannya jauh sekali, tetapi memang cukup jauh). Aku bertemu banyak teman baru, suasana baru, budaya baru, bahasa baru, dan teknologi baru selama berada di kawasan yang sekarang punya singkatan Jabodetabekpunjur.

Walau mungkin juga sudah mengalaminya waktu kuliah sarjana, pertemanan kali ini berbeda karena akulah yang merantau (dari jauh). Sebelumnya, aku jadi "tuan rumah" (dekat sekali jarak rumah ke kampus), sedangkan teman-temankulah yang dari jauh. Aku juga bertemu orang-orang dari berbagai usia: ada yang baru saja mendapat gelar sarjana, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah punya anak, dan ada yang sudah berambut putih. Tiap-tiap dari mereka punya kisah hidup yang unik.

Tempat di sekitar perguruan tinggi "populer" merupakan pencampuran budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Aku menemukan banyak pedagang dan pengusaha yang merantau ke sana untuk berdagang atau membuka usaha, seperti rumah makan dan toko kelontong. Beberapa di antaranya sudah berhasil dan sudah berdagang atau menjalankan usahanya selama bertahun-tahun.

Untuk hal makanan, aku belum terpikir untuk mencoba banyak jajanan yang dijual di sana (lebih karena memang malas pergi, memang mager parah), padahal wilayah di sekitar instansi pendidikan terkenal dengan banyak penjual makanan/jajanan. Sebagian makan besarku di warteg: pilihan makanannya aman buatku. Meski begitu, aku juga mencoba banyak rumah makan yang ada di sekitar kampus.

Mengembalikan alat makan ke tempat khusus di kantin memang sederhana, tetapi tidak semua kampus menerapkan budaya ini. Itu salah satu budaya baru yang kualami di UI. Untuk kasus spesifik tersebut, baru kantin FK yang menerapkannya di UNS setahuku. Di sisi akademik, setidaknya yang kutahu, mahasiswa bisa ikut masuk kursus mata kuliah di EMAS (atau Scele untuk Fasilkom) tanpa mengambil mata kuliah tersebut secara resmi. Jadi, mahasiswa bisa ikut belajar tanpa berdampak pada nilai. Namun, aku belum tahu apakah hal itu kebijakan kampus, fakultas, atau dosen.

"Lu-gue end!" mungkin jadi kalimat yang cukup terkenal di sinetron. Namun, kata ganti lu dan gue memang lazim digunakan remaja di sana. Aku yang bukan asli orang sana lebih memilih saya-Pak/Bu-Mas/Mbak/Kak. Kata-kata lu/gue kayaknya bakal wagu kalau kuucapkan. Selain itu, ada teman kos yang orang Sunda. Jadi, aku cukup terpapar dengan suara bahasa Sunda.

Momen terbesar bagiku adalah bahwa ini pertama kali aku tinggal mandiri jauh dari rumah (tidak bisa tiap saat pulang ke rumah) dan pertama kali pula mengekos. Alhamdulillah, kos yang kusewa nyaman untuk ditinggali. Seperti kisah orang-orang yang merantau pertama kali, aku juga kadang terpikir bahwa sulit untuk tiba-tiba pulang kalau terjadi apa-apa. Jadi, aku perlu survei hal-hal di sekitar untuk persiapan kalau-kalau ada masalah yang terjadi.

Sepertinya itu saja yang terpikir untuk kutulis saat ini. Ide untuk mengepos ini tiba-tiba muncul dan, karena sempat, langsung kutuliskan saja di sini daripada terlupakan. Sampai jumpa!