Jumat, 28 Februari 2025

Keamanan Bersuara: Autentikasi Dua Faktor

Halo! Kali ini singkat saja, ya.

Pernah beredar kabar-kabar menyedihkan tentang kebebasan bersuara/berekspresi yang menjadi fondasi demokrasi. Salah satunya tentang pembajakan akun yang bersuara tersebut. Setelah menyuarakan tentang hal-hal tertentu, akun mereka justru dibajak. Walau tidak diketahui identitasnya, bukanlah hal yang tidak mungkin kalau pihak berwenang memiliki kemampuan untuk melakukannya, terlebih mereka adalah pihak yang dikritik.

Hampir semua platform komunikasi masyarakat Indonesia menggunakan layanan luar negeri, misal WhatsApp, LINE, Telegram, Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan Gmail. Satu-satunya layanan dalam negeri hanyalah SMS dan panggilan suara seluler/telepon pulsa. Hal ini memiliki keuntungan tersendiri bagi pihak-pihak yang ingin bersuara dengan aman, yaitu akun tidak bisa diambil alih secara langsung tanpa surat pengadilan yang jelas. Layanan luar negeri pun bisa saja menolak surat tersebut. Pihak berwenang bisa saja memblokir layanan tersebut, tetapi kurasa tidak mungkin mereka akan melakukannya karena mereka pun juga menggunakannya.

Beberapa layanan ini utamanya menggunakan kata sandi sebagai cara masuknya. Namun, ada beberapa yang menggunakan nomor telepon via SMS atau telepon pulsa sebagai cara masuk utama, misal WhatsApp dan Telegram. Hal ini membuka celah bagi pihak berwenang untuk mengambil alih akun yang mereka rasa "merusak ketenteraman". Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah ini sebagai masyarakat yang ingin bersuara?

Caranya adalah dengan menambahkan faktor autentikasi lainnya! Sebagai contoh, WhatsApp memiliki fitur autentikasi dua faktor dengan PIN yang disebut verifikasi dua langkah. Bila fitur itu dinyalakan, akun WhatsApp seseorang tidak bisa diambil alih hanya dengan memasukkan kode dari SMS yang diterima (yang sangat mungkin dialihkan oleh pihak berwenang), tetapi perlu memasukkan kode PIN yang dihafalkan (seperti sandi pada umumnya).

Dengan autentikasi dua faktor, kita bisa bersuara tanpa takut akun kita diambil alih. Namun, perlu diperhatikan bahwa keselamatan diri secara fisik bisa jadi tidak seaman yang dikira. Namun, setidaknya, belum ada cara untuk mengakses isi pikiran sampai saat ini (untuk mengetahui PIN yang dihafal) secara paksa sehingga kita bisa memilih untuk tidak memberi tahu walau mungkin akan babak belur, bahkan mati. Begini amat, ya, tinggal di wilayah yang pihak berwenangnya memusuhi rakyatnya.

Sampai di sini dahulu, ya. Tetap suarakan hak-hak kita dan tolong jaga diri juga.

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan! Sampai jumpa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar